Senin, 21 Desember 2009

Berikan aku seorang Ayah

Secarik kertas koran terbang dikipas angin dan tersangkut pada tiang listrik. Dari kejauhan bisa aku baca judul besar yang tertulis dengan warna merah pada halaman kertas itu yang mengingatkan saya akan natal yang kini tiba. Malam nanti adalah "Malam Kudus, Malam Damai". Dan setiap hati pasti mengimpikan agar di malam ini mereka bisa menemukan setitik kesegaran, menemukan secercah kedamaian yang dibawa oleh Allah yang menjelma.

Judul di kertas koran itu tertulis dalam Karakter khusus bahasa Cina; "Selamat Hari Natal: Semoga Harapan Anda Menjadi Kenyataan." Karena tertarik dengan judul tersebut, saya memungut kertas koran yang sudah tercabik dan kotor itu dan membacanya. Ternyata ini merupakan halaman khusus yang sengaja disiapkan bagi siapa saja agar menuliskan impian dan harapannya. Koran ini seakan berperan sebagai agen yang meneruskan harapan mereka agar kalau boleh bisa didengarkan oleh Santa Klaus atau oleh Allah sendiri. Ada kurang lebih tiga puluh harapan yang dimuat di halaman koran hari ini. Namun saya tertarik dengan harapan yang ditulis oleh seorang gadis kelas tiga SMP:

"Tuhan...apakah Engkau sungguh ada? Aku tak pernah tahu tentang Engkau. Aku tak pernah melihat diriMu. Namun banyak orang mengatakan bahwa malam ini Engkau yang jauh di atas sana akan menjelma menjadi seorang manusia sama seperti diriku dan mendengarkan setiap harapan yang ada di dasar setiap hati. Tuhan kalau Engkau sungguh ada dan malam ini mengetuk hatiku, aku akan mengatakan kepadaMu bahwa aku butuh seorang ayah. Berikanlah aku seorang ayah. Aku tahu bahwa harapanku ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak kecil aku secara terus-menerus merindukan hal ini."

"Kata ibuku di rumahku ada seorang ayah. Aku tahu bahwa di rumahku, di samping ibuku masih ada seorang lelaki yang hidup bersama kami. Dan kata ibu dia inilah yang seharusnya aku panggil ayah. Namun aku tak pernah merasakan cinta seorang ayah. Setiap hari kami tak pernah mengucapkan lebih dari tiga kalimat. Ketika kami saling berpapasan, yang aku rasakan cumalah kebencian yang terpancar dari sudut kedua matanya."

"Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi... sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang bapa? Dia tak lebih dari pada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku, tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis, harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang bapa?¡¨

"Tuhan...apakah Engkau mendengarkan diriku? Malam ini ketika Engkau menjelma menjadi seseorang seperti diriku dan menjenguk bathinku, hanya satu hal yang aku harapkan. Berikanlah aku seorang bapa. Seorang bapa yang mencintaiku, seorang bapa yang bisa menasihati aku bukan mencaci diriku."

Setelah membaca tulisan ini aku bisa merasakan kepedihan yang bercokol dalam diri si gadis ini. Aku pernah menjadi seorang anak tiri, anak yang kehilangan seorang bapa ketika masih berumur dua tahun. Dan betapa dalam dan besarnya kerinduanku untuk bisa merasakan kasih sayang seorang bapa. Ketika berumur sembilan tahun aku akhirnya boleh memperoleh seorang ayah lagi.

Namun temanku, aku yakin anda pernah membaca kisah hidup anak tiri. Aku tak hanya membaca, namun dengan hidupku sendiri aku mengalaminya. Ternyata kerinduanku untuk menyapa seseorang sebagai bapa hanya bisa bertahan dalam mimpi. Itulah nasib menjadi seorang anak tiri. Namun waktu terus bergulir. Bapa tiriku kini telah ubanan. Kalau dulu aku bermimpi untuk dicintai oleh seseorang yang boleh aku panggil sebagai bapa, walau mimpiku ini tak pernah menjadi kenyataan, namun kini aku hanya bisa berjuang untuk mencintai seseorang dengan harapan bahwa ia boleh menyapa aku sebagai anaknya. Yang ada di dasar bathinku bukanlah rasa marah dan dendam. Tapi belas kasihan. Dan ini hanya menjadi mungkin karena aku telah mengalami cinta seorang Bapa yang dibawa oleh seorang bayi mungil di kandang hina. Yesus yang lahir dalam dingin telah mengatakan kepadaku bahwa ada seorang Bapa yang selalu dan senantiasa mencintaiku. Aku tak perlu lagi mencari dan bermimpi. Kini adalah giliranku untuk membalas cinta tersebut dengan mencintai orang lain, dan...terutama mencintai ayah tiriku.

Minggu, 13 Desember 2009

Glandie Rau 14 December at 02:08 Reply
As you well know, we are getting closer to my birthday. Every year there is a celebration in my honor and I think that this year the celebration will be repeated.

During this time there are many people shopping for gifts, there are many radio announcements, TV commercials, and in every part of the world everyone is talking that my birthday is getting closer and closer. It is really very nice to know, that at least once a year, some people think of me. As you know, the celebration of my birthday began many years ago. At first people seemed to understand and be thankful of all that I did for them, but in these times, no one seems to know the reason for the celebration. Family and friends get together and have a lot of fun, but they don't know the meaning of the celebration. I remember that last year there was a great feast in my honor. The dinner table was full of delicious foods, pastries, fruits, assorted nuts and chocolates. The decorations were exquisite and there were many, many beautifully wrapped gifts.

But, do you want to know something? I wasn't invited.

I was the guest of honor and they didn't remember to send me an invitation. The party was for me, but when that great day came, I was left outside, they closed the door in my face .. and I wanted to be with them and share their table. In truth, that didn't surprise me because in the last few years all close their doors to me. Since I wasn't invited, I decided to enter the party without making any noise. I went in and stood in a corner. They were all drinking; there were some who were drunk and telling jokes and laughing at everything. They were having a grand time.

To top it all, this big fat man all dressed in red wearing a long white beard entered the room yelling Ho-Ho-Ho! He seemed drunk. He sat on the sofa and all the children ran to him, saying: "Santa Claus, Santa Claus"as if the party were in his honor!

At midnight all the people began to hug each other; I extended my arms waiting for someone to hug me and do you know no-one hugged me. Suddenly they all began to share gifts. They opened them one by one with great expectation. When all had been opened, I looked to see if, maybe, there was one for me. What would you feel if on your birthday everybody shared gifts and you did not get one?

I then understood that I was unwanted at that party and quietly left. Every year it gets worse. People only remember the gifts, the parties, to eat and drink, and nobody remembers me. I would like this Christmas that you allow me to enter into your life. I would like that you recognize the fact that almost two thousand years ago I came to this world to give my life for you, on the cross, to save you.

Today, I only want that you believe this with all your heart. I want to share something with you. As many didn't invite me to their party, I will have my own celebration, a grandiose party that no one has ever imagined, a spectacular party. I'm still making the final arrangements..

Today I am sending out many invitations and there is an invitation for you. I want to know if you wish to attend and I will make a reservation for you and write your name with golden letters in my great guest book. Only those on the guest list will be invited to the party. Those who don't answer the invite, will be left outside. Be prepared because when all is ready you will be part of my great party.

See you soon. I Love you!

Jesus
Share this message with your loved ones, before Christmas
Glandie Rau 09 December at 02:22 Reply
TUHAN MENOLONG KAMU, KARENA DIA MENCINTAI KAMU

1 YOHANES 4:19
Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.

Pernahkah kamu menemukan dirimu menerima sesuatu kemurahan hati yang melebihi apa yang kamu bayangkan. Mengapa? Sahabatku, itu karena TUHAN sedang menghamburkan kemurahan hatiNYA ( GRACE = suatu kemurahan yang semestinya kita tidak layak menerimanya) padamu. Dan DIA melakukan itu karena DIA mencintai kamu.

Saya suka membaca kitab ruth dari perjanjian lama, seorang janda dari moab, karena itu berbicara tentang kasih kemurahan TUHAN yang begitu luar biasa. Saat dimana ruth menggantungkan dirinya pada kasih kemurahan TUHAN, dia mendapatkan akses penuh kepada berkat TUHAN. Dari pada begitu banyaknya lading yang ada di Bethlehem, Kemurahan TUHAN memimpin die ke sebuah lading yang dimiliki oleh Boaz, seorang yang tidak hanya sangat kaya tetapi juga merupakan saudara dari ayah mertuanya. (Ruth 2:3) Boaz oleh karena itu merupakan seorang penebus yang berasal dari sanak saudaranya – seseorang yang mampu menebus dia dari keadaannya yang sangat buruk yaitu miskin dan janda tanpa anak.

Boaz bermurah hati kepada Ruth saat sejak pertama kali melihatnya. Ruth bahkan bukan seorang yahudi, tetapi dia memperhatikan keselamatannya dengan berkata kepada ruth untuk tidak gleaning (gleaning adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang sangat miskin dimana TUHAN memberikan ketetapan pada jaman itu bahwa para penuai hanya boleh sekali menuai dan meninggalkan sisa yang terjatuh atau tertinggal kepada orang orang miskin yaitu para gleaner) di ladang yang lain dan tetap berada dekat dengan para pekerja wanitanya. Boaz bahkan memerintahkan para anak buahnya untuk tidak menyentuh wanita ini dan memperbolehkan dia untuk meminum air yang mereka kumpulkan.

Saat makan, Ruth duduk bersama para penuai walaupun dia hanya seorang pemungut (gleaner) rendahan yang mengambil apa yang para penuai jatuhkan atau terlewat saat menuai. Diatas dari itu semua, dia memberikan kepada wanita ini bijian padi yang telah dipanggang, memastikan bahwa wanita ini makan dan puas, dan dia diperbolehkan untuk membawa pulang apa yang tersisa kepada ibu mertuanya. (Ruth 2:1-18)

Ruth hanya percaya bahwa dia akan menemukan kemurahan di lading dan TUHAN menempatkan dia pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat, jadi DIA dapat membukakan pintu berkat yang besar kepadanya.
Apakah kamu tau bahwa Boaz adalah gambaran indah tentang TUHAN kita YESUS? Alkitab berkata bahwa "DIA lebih dahulu mengasihi kita". YESUS melihat kamu dan mencintai kamu lebih dahulu, jauh sebelum kamu mengenal atau mencintai DIA. Dan DIA menolong/bermurah hati kepada siapapun yang DIA cintai.

Saudara terkasih, kita tidak perlu untuk berjuang atau berusaha keras untuk menjadi layak untuk menerima kemurahan/pertolong an atau berkat TUHAN. KemurahanNYA diberikan kepadamu DIA mencintai kamu terlebih dahulu. Percaya pada cintaNYA kepadamu dan kamu akan melihat kemurahan,kebaikan dan pertolongan TUHAN membawa berkat yang melimpah di kehidupanmu! !

Sumber : http://renungan- harian-kita. blogspot. com/

Keselarasan antara kata-kata dan perbuatan

Segala sesuatu yang selaras akan selalu kelihatan lebih baik. Apapun bentuk keselarasan itu. Misalnya saja seorang wanita yang memakai gaun berwarna putih akan nampak serasi dengan sepatu dan hiasan kepala dengan warna putih juga. Dan pasti akan terlihat janggal kalau gaunnya berwarna putih sedangkan sepatunya warna kuning dan hiasan kepalanya berwarna merah.

Keselarasan yang seperti itu pula berlaku dalam relasi antara kata-kata dan perbuatan. Apa yang diucapkan harus dilakukan. Kata-kata yang keluar dari mulut harus sesuai dengan tindakan. Apabila kita berkata "mengasihi" maka yang harus kita lakukan adalah mengasihi. Apabila kita berkata "tolonglah sesamamu yang sedang kesusahan" maka yang harus kita perbuat adalah menolong saudara kita yang sedang kesusahan. Bukan melakukan sebaliknya.

Dalam hidup kekristenan sehari-hari kita sering menjumpai ketidakselarasan antara kata-kata dengan perbuatan. Tidak usah jauh-jauh melihat kesalahan orang lain. Mari kita lihat kedalam diri sendiri. Apakah kata-kata yang kita ucapkan sudah kita lakukan? Jangan hanya bisanya berkata-kata rohani namun perbuatannya selalu menyinggung perasaan orang lain. Jauh kata-kata dari perbuatan.

Ketidakselarasan antara kata-kata dengan perbuatan ini menjadi salah satu masalah yang cukup jamak terjadi di lingkungan gereja—gereja disini bukan bicara mengenai organisasi saja, tapi juga tubuh Kristus yakni,setiap umat Kristen. Sangat sering kita jumpai orang-orang yang berkelakukan berbeda dengan kata-katanya, tidak terkecuali dengan kita sendiri. Padahal ketidakselarasan ini merupakan batu sandungan yang cukup besar dalam perjalanan rohani kekristenan. Ketidakselarasan antara kata-kata dengan perbuatan adalah arti lain dari kata munafik. Dan Allah benci dengan kemunafikan. Dengan munafik, berarti kita juga menciptakan plafon untuk doa-doa dan pujian kita sendiri.

Memang tidak mudah untuk melakukan apa yang kita katakan. Tapi biar sesulit apapun kita harus melakukannya. Kalau merasa berat untuk melakukan apa yang sudah kita katakan, adalah lebih baik untuk berdiam diri, tidak berkata-kata. Atau dengan kata lain jangan omong besar.

Alkitab sendiri berkata, bahwa "yang membuat najis adalah apa yang keluar dari mulut manusia bukan apa yang masuk kedalamnya". Dan kata-kata yang tidak selaras dengan perbuatan merupakan sesuatu yang menajiskan. Maka dari itu mulai sekarang jangan lagi kita sembarangan berkata-kata. Kalau tidak bisa melakukan apa yang kita katakan, lebih baik berdiam diri. Tapi alangkah baiknya kalau kita bisa melakukannya juga.

Ada beberapa tips yang dapat membantu kita untuk mengurangi ketidakselarasan antara kata-kata dengan perbuatan. Yakni:

1. Sedikit bicara banyak baca Firman
2. Sedikit bicara banyak berdoa
3. Sedikit bicara perbanyak pujian
4. Sedikit bicara banyak menolong orang

Sumber : http://renungan- harian-kita. blogspot. com/